WELCOME to The Rieff McCartney blog (the official BEATLES lover's)

Welcome to the great blog in the world. You can find more information here,about Love,Fammily,your self and very interisting is THE BEATLES,because the big boss this blog is THE BIG FANS OF THE BEATLES and Specially ROMA'S ULTRAS. so,have fun buddies ^_^ FORZA ROMA

Saturday 12 March 2016

Jutaan Pelajaran Hidup dari “Segempal Tanah yang tercampak dari surga”
(Arief Farendra Makarim)

“Ini BUKANLAH tentang puncak, samudera diatas awan, edelweis, namun ini tentang Nilai Hidup, persahabatan dan Pengorbanan!!”


Gambar 1 : Tugu Macan, Barbek sebelum pendakian

PART 1!!

Quotes diatas itu bukan sebuah gambaran tersirat tentang artikel ini, namun itu memang nyata, bahwasanya jika teman-teman pembaca ingin mendengar cerita keindahan Puncak Kerinci, ganasnya track Shelter 3 yang begitu terkenal atau tugu Yudha yang legendaris itu, maka teman-teman akan kecewa karena semua itu tidak akan ada dalam tulisanku kali ini.
            Ini adalah pendakian kali ke-2 ku ke Gunung Kerinci. Seakan diliputi kerinduan yang mendalam kepada alam hutan hujan tropis sumatera khas gunung kerinci, aku pun menunggu momen kesempatan selanjutnya untuk kembali kesini. Padang, 3 maret 2016, mimpi itupun menjadi kenyataan. Ya, lambaian puncak Inderapura seakan memancarkan sukma yang begitu indah untuk ditapaki. Aku bersama teman-temanku sudah mempersiapkan diri secara matang (atau mungkin setengah matang).  Mulai dari carrier yang penuh dengan alat dan segala macam logistik yang akan kami konsumsi hingga persiapan mental untuk melihat keagungan Tuhan, puncak gunung Kerinci 3805 Mdpl, gunung api tertinggi di Indonesia.
            Tepat pukul 11.00 wib, kami pun memulai petualangan indah sekaligus menantang, yang membuat pandanganku terhadap alam liar berubah. Mungkin bagi orang yang awam tentang alam, jauh lebih nyaman tidur diatas kasur busa dan ditutupi selimut hangat ketimbang harus bersempit-sempit ditenda, atau makan enak buatan restoran ternama ketimbang makan mie rebus yang bahkan separo larut di perut. Namun dalam kisahku ini, kalian akan tahu, bahwa keindahan dan keanekaragaman alam itu, jauh lebih menakjubkan rasanya ketimbang segala kemewahan yang ada didunia ini.
            Kami memulai perjalanan dari kota Padang menuju kerinci dengan 6 motor yang kami bawa bersama-sama. “kami”? ya, sekumpulan anak muda berjumlah 11 orang yang memiliki ambisi besar untuk menghadapi petualangan menantang walaupun kami tahu, rintangannya tak mudah. Ya, kami adalah Aku (arief), Muray (temanku yang rada rebel), Jarwok ( Si kutilang), Boim (Lelaki sejati yang hobi masak), Yoyoi (leader clan kami yang garang namun humoris), Isra (Interisti Sejati pembenci juventini), Aga alias Ayah (sang bapak dan juru selamat dalam clan kami), Yongki (Red devil yang punya 2 istri, 1 diantaranya jadi-jadian), Andri (Si Bawel yang suka celoteh lebih dari burung paling cerewet sedunia), Fando (Anak Sasing yang begitu fanatik terhadap profesinya sebagai mahasiswa bahasa) dan terakhir Temon (bukan temon temannya Abdel ya!). Setelah 6-7 jam perjalanan Padang-Kerinci, kami akhirnya sampai di Kaki gunung Kerinci, tepatnya di desa Kersik Tuo. Kami pun memutuskan beristirahat dan bercengkrama dengan penghuni basecamp Kerinci, sekitar 100 meter sebelum Tugu Macan, tugu yang begitu popular bagi kalangan pendaki. Kami disambut dengan segala keramah-tamahan penduduk lokal Kerinci yang memang terkenal dengan sopan santunnya.
            

Gambar 2 : Basecamp Kerinci

              Seakan pertanda bahwa kami telah dilarang untuk melanjutkan perjalanan, kabar itu seakan datang dari langit diterpa angin dan membisik ditelinga kami, belum satu jam duduk dan beristirahat di Basecamp, kabar “buruk” datang dari Padang. Kota kami dilanda gempa yang cukup kuat, 8,3 SR. Ini sempat membuat diriku dan teman-teman gusar. Sempat aku berpikir akan kembali ke Padang malam itu juga, namun setelah bujukan dan kata-kata dari teman-teman lain bahwa Padang aman (walaupun aku tahu, mereka tetap cemas), aku pun mengurungkan niatku tersebut dan kembali focus menatap perjalanan kami dirimba sumatera esok hari. Cuaca cerah bertabur bintang malam itupun menambah tekadku untuk tetap berusaha menjejakkan kaki ke tanah tertinggi sumatera keesokan harinya. Kami pun beristirahat, meregangkan otot dan menyimpan tenaga untuk perjalanan besar keesokan hari.

Gambar 2 : Pos pintu masuk Kerinci, 5 menit sebelum pintu rimba
        
         Keesokan harinya, pukul 08.00 wib, 4 maret 2016, kami pun bersiap untuk melakukan perjalanan. Mengawali hari dengan sarapan bersama di pasar dekat basecamp, lalu menunggu tumpangan untuk mencapai Pintu Rimba, rencana kami pun molor dari jadwal seharusnya. Kamipun harus memulai pendakian pukul 10.30 wib. Bermodal pengalaman mendaki Kerinci sebelumnya, teman-teman sepakat untuk memilihku sebagai leader pendakian kali ini. Melihat matahari yang mulai menyingsing ujung kepala, kami pun merubah rencana. Sebelumnya kami menargetkan Shelter 3 sebagai tempat camp kami malam ini, namun karena masalah waktu, kami pun memutuskan nge-camp di Shelter 1, zona kuning dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Sablat untuk melakukan camping. Sebelum melanjutkan cerita, sekedar informasi bahwa dalam kawasan TNKS, terdapat beberapa wilayah yang dibagi 3 yaitu zona Merah (antara Pintu Rimba-Pos 3 Panorama), Kuning (antara Pos 3-Shelter 1) dan Hijau (Shelter 1 keatas). Ini tidak terlepas dari kawasan TNKS yang masih erat dengan populasi binatang-binatang liarnya, mulai dari Babi hutan, Badak Sumatera, Macan Kumbang dan si “special” Harimau Sumatera. Yap, nama terakhir ini yang begitu melegenda di kawasan Taman Nasional ini, dan juga menjadi bumbu penyedap dalam perjalanan kami kali ini. Saking sedapnya, bahkan melebihi makanan terenak didunia, Rendang.


To Be Continued….

No comments:

Post a Comment