Layla, Cinta Segi Tiga Gigi Kelinci
Kodrat cinta selalu menuntut kesetiaan cinta. Mungkin karena
itu, cinta segi tiga selalu berujung keruwetan. Menguras energi. Cuma
bikin sengsara. Atau malah nikmat? Ya sudah. Kalau begitu, bilang saja
nikmat yang membawa sengsara. Sudah banyak contoh. Misalnya Prince
Charles, Lady Di dan Camilla. Walaupun bukan penyebab langsung, tapi
Lady Di akhirnya meninggal di tengah berita marak-nya kisah cinta segi
tiga itu.
Bagaimana kisah cinta segi lokal? Yang bikin heboh, di antaranya putra
ganteng Pak Harto: Bambang Trihatmodjo, Halimah dan Mayang Sari. Sampai
berita sandal Halimah yang copot sebelah sewaktu melabrak dan melempari
rumah madunya, jadi berita utama. Nggak penting banget. Tapi bikin koran
laku keras. Cinta segi tiga yang tak kalah sensasional, misalnya kisah
cinta seorang da'i beken. Banyak ibu-ibu protes. Soalnya takut juga
kalau suami-suami mereka jadi ikut-ikutan, dengan alasan, “tuh da'i
soleh aja poligami, masak ane nyang juga soleh kagak boleh?”.
Namun apakah semua kisah cinta segi tiga hanyalah kisah menyebalkan yang
tak berarti? Yah....tergantung mau melihatnya dari sisi mana.
Ada juga kisah cinta segi tiga yang mungkin cuma menyebalkan orang-orang
yang terlibat, tapi efeknya bisa menghibur dunia. Menghibur bukan
karena sensasi-nya. Juga bukan karena kisah cinta segi tiga itu mau
diteladani. Tapi orang terhibur oleh karya apik kreatif di baliknya!
Karya kreatif itu adalah lagu terkenal “Layla”, yang tetap
diperdengarkan hingga kini. Siapa sangka lagu yang digemari jutaan orang
di dunia itu, lahir dari uniknya sebuah kisah cinta segi tiga? Dan lagu
itu diciptakan oleh seorang pemusik legendaris demi memperebutkan sang
wanita pujaan. Wanita cantik dengan gigi kelinci!
Patty Boyd and Rolling Stone
Mungkin cuma dia satu-satunya wanita di dunia ini yang jadi rebutan
rockers legendaris kelas dunia. Bahkan tercatat beberapa lagu terkenal
yang khusus digubah untuknya.
Sebut saja nama-nama rockers yang memperebutkannya. Eric Clapton, George
Harrison, Ron Wood, Mick Jagger, dan John Lennon. Dua nama yang disebut
belakangan memang mengaku gagal dengan PDKT-nya. Tapi paling tidak,
kalau nama-nama hebat itu sempat jungkir balik gara-gara wanita
ini....wanita macam apa sih dia ini?
Satu ciri khas-nya yaitu gigi depannya yang mirip gigi kelinci, dengan
sedikit celah di antaranya. Gara-gara giginya ini, dia sempat ditolak
agen model. Dianggap tidak menarik oleh fotografer. “Mana ada model yang
bergigi kelinci?”. Tapi ejekan itu tidak membuatnya menyerah. Dia tetap
merangsek maju meraih cita-citanya untuk menjadi model. Gigi kelinci?
Siapa takut?
Patty Boyd, si gadis bergigi kelinci itu adalah salah satu icon
kecantikan dunia di tahun 1960-an. Kecantikannya memantulkan pancaran
innocence. Matanya bulat bening. Ekspresinya bagai gadis kecil tak
berdosa. Dan gigi kelinci-nya itu malah jadi trade mark-nya yang
mengokohkan eksistensinya di dunia model. Namanya sejajar dengan Twiggy,
model papan atas dunia di masa itu.
Tapi sebetulnya yang menarik dari Patty bukan karena dia model terkenal.
Ada yang lebih unik. Uniknya, karena mana ada sih wanita di dunia ini
yang sanggup bikin dua rockers legendaris menciptakan lagu khusus
untuknya? Tidak tanggung-tanggung. Semua lagu yang diciptakan untuknya
itu, tercatat dalam daftar lagu terbaik dunia.
Selain “Layla”, siapa yang tidak kenal lagu “Wonderful Tonight” dan
“Bell Bottom Blues” karya Erick Clapton? Juga lagu “Something” dan “For
You Blue” karya George Harrison dari The Beatles? Lagu-lagu itu memang
dipersembahkan khusus buat Patty Boyd.
Khusus tentang lagu “Layla”, lagu ini bukan sekedar lagu cinta biasa.
Lagu yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Erick Clapton ini menyimpan
kisah unik di baliknya. Karena lagu itu tercipta dari kisah nyata cinta
segi tiga unik di antara tiga sahabat. Yaitu antara Patty Boyd, George
Harrison gitaris The Beatles, dan Erick Clapton yang terkenal sebagai
gitaris terbaik dunia selain sebagai penyanyi, pencipta lagu, rocker,
komposer dan arranger.
Sebetulnya saya enggan menceritakan lebih jauh. Karena titik berat
tulisan ini bukan pada sensasi kisah cinta itu. Lagi pula kisah itu bisa
dibaca dari banyak sumber. Tapi toh rasanya kurang lengkap kalau ulasan
ini tidak diselipkan sekilas latar belakang cerita. Jadi daripada nanti
ulasan ini menghasilkan refleksi setengah matang, lebih baik
dilanjutkan saja nyerocos ini.
Kisahnya bermula di tahun 1960-an. Ketika itu Patty Boyd masih berstatus
istri George Harrison. Sebagai sesama musisi asal Inggris, George
Harrison dan Erick Clapton bersahabat kental. Erick sangat sering
menyambangi George di rumahnya yang mewah dan besar. Urusannya apalagi
kalau bukan soal musik.
Dari seringnya mengunjungi George itu, lama-lama Erick mulai tertarik
dengan si nyonya rumah, Patty yang cantik jelita. Kalau cuma sekedar
tertarik, mungkin masih normal-normal saja. Namanya saja laki-laki
normal. Wanita saja senang melihat sesamanya yang cantik. Apa lagi
laki-laki. Pria normal mana yang tidak suka melihat wanita cantik?
Tapi buat Erick Clapton, lain ceritanya. Dia tidak cuma sekedar
terpesona dengan kejelitaan Patty. Lebih dari itu, dia juga mulai
berangan-angan ingin memiliki istri sahabat baiknya itu. Wah, ini sudah
bukan main-main lagi urusannya.
Kecantikan Patty Boyd benar-benar membuatnya klepek-klepek. Dia sudah
menjadi begitu obsesif dengan wanita ini. Tapi terganjal satu hal.
Bagaimana mungkin menjalin hubungan dengan wanita yang terikat
perkawinan dengan sahabat sendiri? Pacaran dengan istri sahabat? Bukan
cuma sahabat biasa. Tapi George itu sahabat terbaiknya. Itu namanya
teman makan teman. Tapi kalau cuma memendam perasaan itu, rasanya Erick
tidak tahan lagi.
Akhirnya situasi berkembang menjadi menguntungkan juga buat Erick
Clapton. Kondisi pernikahan Patty dan George memburuk. Gara-garanya
klise. George sudah terkena super-star syndrome. Dikejar-kejar banyak
cewek cantik, membuatnya lupa istri. Akibatnya Patty jadi kesepian.
Istri cantik di-anggurin? Kebetulan nih...kira-kira begitulah yang
dipikirkan si Erick.
Melihat situasi itu, Erick semakin agresif melancarkan “misi”-nya. Suatu
hari dimintanya Patty datang ke flat-nya. Alasannya, dia ingin
memperdengarkan lagu yang baru diciptakannya. Patty meluncur ke flat
Erick.Begitu Patty tiba, Erick menyetel tape recorder. Kepada wanita
pujaannya itu, diperdengarkannya lagu yang baru saja diciptakannya.
Erick ingin Patty menjadi orang pertama yang mendengar lagu itu. Lagu
“Layla”.
Lagu “Layla” itu memang khusus diciptakan Erick Clapton buat Patty Boyd.
Kisah “Laila Majnun” karya pujangga Persia Ganjavi Nizami, dikatakan
Erick telah menginspirasinya untuk membuat lagu itu. Liriknya bercerita
tentang ratapan putus asa seorang pria karena cintanya terhadap seorang
wanita. Soalnya wanita itu tak bisa dimiliki. Persis menggambarkan
perasaan Erick Clapton terhadap Patty Boyd.
Rupanya beginilah caranya kalau seorang musisi sudah kebelet menyatakan cintanya.
Erick berusaha mempengaruhi Patty bahwa lebih baik si gigi kelinci itu
secepatnya meninggalkan suaminya. Bak kampanye pilpres, singkatnya Erick
ingin bilang “Pilihlah aku, darling!”.
Dalam wawancaranya, Patty kemudian mengakui bahwa akhirnya dia mulai
menikmati perhatian Erick. Patty yang jarang bertemu George, mulai sadar
ada seorang pria yang membuatnya merasa menarik sebagai wanita.
Perhatian dan pemujaan Erick kepadanya membuatnya sadar bahwa semua itu
sudah lama tidak lagi diperolehnya dari George.
Puncaknya kemudian terjadi dalam sebuah pesta. Di pesta itu, George
mencari-cari istrinya. Ketika ke kebun, didapatinya Patty dan Erick
tampak begitu intim. George tanya, “ada apa ini?”. Dengan jantan
akhirnya Erick berterus terang. “Saya mesti bilang, saya jatuh cinta
dengan istrimu, man!”. Mendengar pengakuan Erick itu, Patty
menggambarkan perasaannya dalam wawancaranya kemudian, “I wanted to
die”.
George tidak bisa menutupi kemarahannya. Dia mengultimatum Patty, “Kamu
mau ikut saya atau dia?”. Kontan Patty memutuskan mengikuti George
pulang ke rumah.
Yang menarik, Erick yang memang tukang mabuk, dalam keadaan mabuk, masih
juga punya nyali menantang George. Dasar pemabuk! Sudah merebut istri
teman, masih petantang petenteng pula. Didatanginya George dan Patty di
rumah mereka.
Dan apakah kedua lelaki itu duel? Ya! Tapi bukan adu jotos ataupun adu
samurai. Tapi duel cara musisi. Duel dua satria bergitar. Dalam diam,
selama dua jam keduanya duel main gitar. Menurut Patty, bahkan dalam
keadaan mabuk pun, permainan gitar Erick Clapton tetap tak tertandingi.
Dengan kata lain, pemenang duel gitar itu adalah Erick. Walaaah...pantas
saja disebut gitaris kelas dunia. Lha wong mabuk saja, bisa menang duel
gitar.
Tak beberapa lama sesudah itu, Patty memutuskan meninggalkan George
dengan derai air mata. Karena George sudah tak perduli lagi padanya.
Patty lalu menyusul Erick Clapton ke Amerika. Episode lembaran hidup
baru mereka pun dimulai
Setiap mendengar lagu “Layla”, saya selalu terbuai oleh ratapan dan
cabikan gitar Erick Clapton di lagu itu. Lagu ini banyak diperdengarkan
Erick Clapton dalam berbagai versi. Dari versi mellow sampai versi rock.
Karena saya penggemar musik rock, saya sangat menyukai “ Layla” dalam
versi rock. Hentakan nuansa rock pada gitar terdengar bagai ode ratapan
tanpa menghilangkan kesan perkasa lelaki.
Diawali dengan raungan intro gitar yang menghentak garang. Komposisi dan
aransemen lagu itu begitu indah. Ratapan seorang laki-laki yang
mengimpikan cintanya betul-betul terwakili oleh lagu itu. Laki-laki yang
bercitra perkasa, bisa juga rapuh karena mengejar cinta tak sampai,
terlukis kuat di dalam lagu itu.
Semua penggambaran itu terjalin apik dalam harmonisasi antara raungan
gitar, komposisi dan aransemen yang begitu syahdu mengesankan. Tidak
heran jika lagu itu tetap disukai hingga kini.
Lagu itu mungkin hanya kisah sedih cinta segi tiga buat ketiga
pelakonnya. Tapi malah menjadi tembang hiburan yang menggema di
se-antero dunia. Bahkan teknik petikan gitar Erick di lagu itu, menjadi
bahasan khusus bagi para peminat gitar.
Erick dan George akhirnya saling memaafkan. Bahkan mereka kemudian
secara bercanda menyebut diri dan saling memanggil satu sama lain
“husband-in-law”. Persahabatan mereka tetap langgeng sampai meninggalnya
George. Tapi tidak demikian dengan cinta Erick dan Patty.
Kisah di balik lagu “Layla” bagai menyiratkan sesuatu. Yaitu memaafkan
pengkhianatan dalam persahabatan tak semudah memaafkan pengkhianatan
cinta. Persahabatan antara Erick dan George memang pernah ternoda. Tapi
dengan jiwa besar mereka kembali bisa merekatkan persahabatan sejati.
Sayangnya itu tak semudah merekat cinta sejati. Jatuh cinta mungkin
mudah.Tapi merawat cinta agar tetap tumbuh subur, sungguh sulit. Tanpa
dirawat, cinta yang di awalnya begitu menggebu-gebu diperjuangkan dengan
penuh pengorbanan, bisa menjadi cinta yang hilang tak tersisa.
Patty Boyd
Dan memang begitulah yang terjadi dengan Erick dan Patty dalam
perjalanan cintanya kemudian. Mereka akhirnya harus berpisah. Setelah 14
tahun bersama, perkawinan mereka akhirnya bubar. Cinta yang diawali
dengan pengkhianatan itu, akhirnya juga berakhir dengan pengkhianatan
cinta Erick terhadap Patty....