WELCOME to The Rieff McCartney blog (the official BEATLES lover's)

Welcome to the great blog in the world. You can find more information here,about Love,Fammily,your self and very interisting is THE BEATLES,because the big boss this blog is THE BIG FANS OF THE BEATLES and Specially ROMA'S ULTRAS. so,have fun buddies ^_^ FORZA ROMA

Thursday 4 February 2016

ULTRAS KOTA ABADI DAN MAKNA "SILLENZIO" SEBAGAI HARGA DIRI YANG ABSOLUTE

Ultras! Rata-rata fans sepakbola pasti pernah mendengar kata-kata ini. Terkadang kata "ultras" membuat bulu kuduk beberapa orang yang mengenalnya merinding disebabkan segala kelakuan maupun kasus-kasus buruk yang sempat dibuatnya, atau malah mencibir keberadaannya sebagai suatu "masalah" yang tak terhapuskan dalam dunia sepak bola, Italia khususnya atau tidak jarang yang begitu memuja kata "ultras" karena menjadi sebuah representasi "fanatik" yang begitu tinggi.


Membicarakan Ultras di Italia, maka kita akan langsung merujuk kepada 2 kelompok ultras yang begitu disegani di Italia, baik itu karena perilakunya atau karena tingkat fanatismenya, 2 kubu yang selalu bersebrangan, Ultras Curva Sud Roma dan Ultras Curva Nord Lazio. Tensi yang panas antara kedua kelompok ultras ini menjadikan pertemuan 2 klub yang mereka sanjung ibarat perang mematikan. Begitu banyak sejarah kelam permusuhan 2 ultras ini di ranah sepak bola Italia. Salah satu contohnya adalah Derby pada tanggal 21 Maret 2004 terpaksa harus terhenti pada empat menit memasuki babak kedua, dengan skor sementara 0-0, ketika huru-hara pecah di tribun penonton dan presiden Liga Sepakbola Italia, Adriano Galliani, memerintahkan wasit Roberto Rosetti untuk menangguhkan pertandingan. Kerusuhan, yang diwarnai saling melempar kembang api, dimulai dari penyebaran desas-desus bahwa seorang anak laki-laki tewas tertabrak mobil polisi di luar stadion. Cerita ini cepat menyebar ke para pemain ketika tiga pemimpin kelompok ultras Roma yang di komandoi Daniele De Sanctis berjalan memasuki lapangan untuk berbicara dengan Francesco Totti, kapten Roma. Mereka mengancam Totti, yang terdengar di siaran TV sebagai sebuah ancaman kematian. Totti kemudian meminta untuk menghentikan pertandingan, dan Adriano Galliani yang dihubungi oleh wasit melalui telepon selular dari lapangan akhirnya memerintahkan permainan ditunda. Setelah itu pertempuran berkepanjangan antara para penggemar dan polisi pun terjadi, beberapa stan yang berdiri dibakar dan orang-orang berlarian keluar stadion. Kerusuhan akhirnya berakhir dengan 13 orang diamankan dan lebih dari 170 polisi mengalami luka-luka. Polisi terpaksa harus memakai gas air mata setelah penggemar terus-terusan melempar kembang api dan mulai membakar mobil dan sepeda motor di luar stadion. Ternyata rumor kematian anak yang menjadi pemicu kerusuhan itu adalah palsu. Banyak teori muncul untuk menjelaskan mengapa sekelompok ultras menginginkan permainan saat itu dihentikan. Diyakini bahwa ultras hanya ingin menyerang polisi, dan memberikan kesempatan untuk mendemonstrasikan kekuasaan mereka. Sudah menjadi kebudayaan yang turun temurun dalam lingkungan Ultras, bahwa mereka "wajib" membenci Polisi dan wartawan.

Ultras Roma di Utara

Secara historis Bagian terbesar dari pendukung AS Roma di kota Roma datang dari penduduk kota bagian dalam, terutama Testaccio. Kelompok Fans pendukung AS Roma yang tertua adalah Commando Ultra Curva Sud biasa disingkat CUCS ; kelompok ini didirikan oleh penggabungan kelompok-kelompok kecil dan dianggap salah satu yang paling bersejarah dalam sejarah sepakbola Eropa. Namun , pada pertengahan 1990-an CUCS yang beraliran sayap kiri dirampas oleh kelompok yang bersaing dan akhirnya bubar. Sejak saat itu, Curva Sud dari Stadion Olimpico telah dikendalikan oleh kelompok sayap kanan serta memiliki ideologi fasis seperti : AS Roma Ultras , BOYS , Giovinezza dan lainnya. Kelompok sayap kanan ini dikomandoi oleh seorang ekstrimis fasis bernama Danielle De Sanctis, hingga De sanctis masuk penjara ditahun 2014 karena "tertangkap" menembak Ultras Napoli saat final coppa italia akan berlangsung di Stadion Olimpico.

Danielle De Sanctis, Pimpina Ultras Roma sayap kanan


Sejarah pendukung Lazio dimulai di Curva Sud di akhir tahun 1960an, mengikuti pergerakan tahun 1968 mereka akhirnya beranjak ke Nord. Ketika para kelompok-kelompok kecil pendukung muda Lazio menemukan tempat mereka di stadion Olimpico. Mereka adalah Ultras pertama, dan nama-nama kelompok mereka antara lain, Tupamaros, Aquile, Ultras, Vigilantes, NAB, CAST, dan Marines. 

Berbagai kerusuhan, penghinaan, hujatan serta banner rasis kerap kali muncul di saat berlangsung Derby Della Capitale.Tanggal 28 Oktober 1979 akan dikenang sebagai hari paling kelam dalam sejarah pendukung Lazio ketika dalam pertandingan derby antara Roma dan S.S. Lazio, salah satu dari 15 ribu pendukung Lazio di Curva Nord, yakni Vicenzo Paparelli (33 tahun) tewas terkena terjangan roket yang diluncurkan oleh pemuda berusia 17 tahun dari Curva Sud.

Kerusuhan

Itu hanya sepenggal kisah-kisah tragis sejarah kelam pertarungan Ultras di kota Abadi karena jika diulas semua tidak akan cukup satu halaman blog ini mengulasnya. Namun ada yang menarik tahun ini, ya di musim 2015-2016. Kedua kelompok Ultras ini "kompak" melakukan "Sillenzio". Perdamaian? mungkin itu hanya impian belaka untuk melihat 2 kelompk ultras ini berdamai bahkan hingga 100 tahun kedepan. 

Curva Sud Sebelum ada peraturan pembatasan dari Polisi

Curva Sud setelah ada pembatasan dari Polisi

Berawal dari keputusan kepala kepolisian kota Roma yang membuat pembatas pagar yang turut dijaga oleh puluhan bahkan ratusan polisi di wilayah "sakral" kedua kelompok suporter ini yaitu Curva, memicu kemarahan besar dari Ultras yang ada dikota Abadi. Budaya mereka telah terusik, bahkan sangat terusik. Polisi bagaikan melanggar suatu hukum alam yang selalu dianut oleh kelompok ultras, yaitu "tidak ada satu kaki polisi pun yang boleh menginjak Curva mereka". Demonstrasi-demonstrasi dilakukan kelompok ultras Roma dan Ultras Lazio baik kepada pemerintah kota, kepolisian dan tentu saja managemen sebagai pihak yang paling bisa "bernegosiasi" baik dengan pemerintah maupun ekstrimis ultras. Selain demonstrasi, mereka memutuskan melakukan "Sillenzio" yaitu sebuah tindakan yang merunut kepada keputusan tidak masuk ke curva dan menononton tim yang mereka cintai bertanding. Curva-curva yang biasanya penuh gairah dengan asap flare, bendera, banner dan segala atribut ultras kini hanya kosong dan kehilangan historisnya. Ini jelas sangat berpengaruh terhadap tim. Dengan tidak ada dukungan dari tribun "mengerikan" maka tim bagaikan bermain diluar kandang. Tidak ada lagi neraka bagi tim lawan yang mengunjungi stadion Olimpico Roma. 

Curva Tengah saat Koreo lawan Barca di UCL 

Pada Saat pertandingan Liga champion antara AS ROMA vs Barcelona, sempat ada koreo dan kibaran bendera-bendara ala ultras yang dibuat pendukung Roma di Curva Terrette (bagian tengah stadion Olimpico) namun ini berbuntuk kemarahan dari ekstrimis curva sud roma yang memaki para romanisti penghuni curva terrette dengan mengatakan mereka adalah "merda" (kotoran) dan mengancam mereka semua untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh curva sud Roma. Lalu curva sud tega tidak peduli terhadapap tim yang mereka cintai? jawabannya Tidak!


Ya, curva sud roma tetap mendukung roma disaat pertandingan kandang dengan cara mendengarkan radio (kebudayaan ultras turun-temurun jika tidak dapat menonton langsung pertandingan) di luar stadion Olimpico Roma. Mereka juga ikut serta memenuhi stadion tim lawan ketika AS Roma bermain Tandang. Namun tetap, untuk masuk ke stadion dan memenuhi curva layaknya dulu kala tidak akan terwujud lagi, hingga kepolisian kota roma membatalkan keputusan "mempagari" wilayah keramat bagi Ultras. Bagi Ultras, Nilai historis kebudayaan mereka jauh lebih berharga ketimbang 3 point yang direngkuh tim dikandang. Entah kapan permasalahan ini akan berakhir, namun satu hal positif yang diperlihatkan para ultras bahwa kebudayaan diatas segalanya. Kebudayaan ultras layaknya Harga diri mereka yang tidak boleh diusik oleh apapun atau siapapun, apalagi dari pihak-pihak yang "haram" dimata mereka. Sillenzio menjadi representasi Harga diri yang absolute dari para ekstrimis ultras di kota abadi. Stop Representation Ultras, Unico Grande Amore.

Penulis : Arief Farendra Makarim (RCI Padang)
Sumber gambar dan informasi : Google dan media sosial

No comments:

Post a Comment